
Di
Indonesia kasus malpraktik di rumah sakit seringkali kita dengar.
Baru-baru ini bahkan seorang ibu dijebloskan ke penjara karena
mempublikasikan kasus malpraktik yang dialaminya ke internet. Ternyata
tidak hanya di Indonesia, bahkan di negara maju seperti Amerika pun
kasus-kasus malpraktik di dunia kedokteran ini juga pernah terjadi.
Namanya juga manusia, tempatnya salah, tapi demi keadilan harus ada
kompensasi untuk korban malpraktik ini, bukan malahan dituntut karena
alasan pencemaran nama baik segala.
Klinik Inseminasi yang Salah Menggunakan Sperma

Saat Nancy Andrews, warga Commack, New York, hamil setelah mengikuti program
vitro fertilization,
pasangan suami istri ini sama sekali tidak menduga bahwa anak yang
dilahirkannya memiliki kulit dengan warna gelap yang sama sekali tidak
ada kaitannya dengan ciri fisik mereka. Dari test DNA yang kemudian
dilakukan diperkirakan telah terjadi kesalahan dimana para dokter di
New York Medical Services for Reproductive Medicine
secara tidak sengaja menggunakan sperma dari laki-laki lain yang bukan
milik suaminya dan kemudian diensiminasi ke sel telur Nancy. Pasangan
ini tetap membesarkan sang bayi Jessica yang lahir pada tanggal 19
Oktober 2004 seperti layaknya darah dagingnya sendiri meski secara
genetis telah terjadi kesalahan. Meskipun demikian pasangan ini tetap
memperkarakan pemilik klinik tersebut atas kejadian yang tergolong
malpraktik ini ke pengadilan. Nggak kebayang, ikut program bayi tabung,
terus ternyata (misalnya) anak yang lahir kulitnya item, rambutnya
keriting, padahal babe sama emaknya gak ada yang kulitnya item, apalagi
keriting. Gimana tuh perasaanya? Hehe...
Cangkok Jantung dan Paru-paru yang Salah

Jésica Santillán, 17 tahun, meninggal 2 minggu setelah menjalani
cangkok jantung dan paru-paru yang berasal dari pasien yang golongan
darahnya tidak sama dengannya. Tim dokter di
Duke University Medical Center
gagal dalam memeriksa kecocokan darah sebelum operasi dilakukan.
Setelah sekian detik operasi transplantasi untuk mencoba membalikkan
keadaan karena kesalahan fatal itu, Jésica mengalami gagal otak dan
komplikasi yang membawanya ke kematian. Jésica, imigran asal Mexico,
tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum menjalani pengobatan penyakit
jantung untuk mempertahankan hidupnya. Dengan transplantasi jantung dan
paru-paru di
Duke University Hospital,
Durham, N.C., alih-alih memperbaiki kondisinya, yang terjadi justru
keadaan menjadi bertambah buruk. Jésica, yang bergolongan darah O, malah
menerima organ dari donor yang bergolongan darah A. Kesalahan fatal ini
membuatnya dalam kondisi koma, dan meninggal ketika usaha para dokter
untuk berusaha menggantikannya dengan organ yang kompatibel gagal. Rumah
sakit mengklaim telah terjadi human-error yang mengakibatkan kematian
Jesica, selain prosedur yang cacat untuk memastikan kompatibilitas
transplantasi organ. Setelah itu diberitakan telah terjadi kesepakatan
tertutup antara rumah sakit dan keluarga soal ini. Tidak seorangpun,
baik dari pihak keluarga atau rumah sakit yang mau memberikan komentar
atas kasus ini.
Testikel yang Berharga US $200.000 Dollar (2,2 Miliar Rupiah)

Satu lagi kesalahan fatal di meja operasi, ketika para ahli bedah
keliru membuang testikel sebelah kanan yang masih sehat dari seorang
veteran Angkatan Udara AS Benjamin Houghton (47 tahun). Pasien ini
mengeluh sakit dan pengecilan testikel sebelah kirinya. Lalu para dokter
memutuskan untuk menjadualkan operasi pembedahan untuk membuang
testikel yang bermasalah tersebut karena khawatir akan timbulnya kanker.
Kesalahan-kesalahan terjadi sejak dari proses formulir perijinan hingga
kegagalan personil medis untuk menentukan sisi pembedahan sebelum
prosedur operasi dilaksanakan. Kesalahan yang terjadi di
West Los Angeles VA Medical Center
ini membawa pada tuntutan hukum atas rumah sakit yang diajukan oleh
Houghton dan istrinya. Beuh, masih untung cuma testikel, gimana coba
kalo yang diangkat testisnya? Alamak...
Prosedur Invasive Jantung Terbuka... Tapi Salah Pasien...

Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berusia 67 tahun, diminta bantuannya dalam suatu pembelajaran di rumah sakit untuk
cerebral angiography (ilmu mengenai darah pada otak). Sehari setelahnya, secara tidak sengaja dia "terpaksa" dijadikan objek studi mengenai
invasive cardiac electrophysiology. Setelah sesi
angiography,
pasien ini dipindahkan ke ruangan yang lain yang bukan merupakan
ruangan asalnya. Kesalahan yang "direncanakan" terjadi keesokan harinya
saat paginya pasien ini dibawa untuk suatu prosedur jantung terbuka. Dia
berada di atas meja operasi yang mestinya bukan untuk dia selama satu
jam. Para dokter membuat irisan pada pangkal pahanya, menusuk sebuah
arterinya, menyambungnya ke sebuah pipa pembuluh lalu ke atas ke
jantungnya (suatu prosedur yang mengakibatkan resiko tinggi terjadinya
pendarahan, infeksi, serangan jantung, dan stroke). Kemudian tiba-tiba
telepon berdering, dan seorang dokter dari bagian lain bertanya "Apa
yang kalian lakukan dengann pasienku?" Tidak ada yang salah dengan
jantungnya. Kardiologis yang melakukan prosedur itu mencek data wanita
itu dan baru menyadari kesalahan fatal telah terjadi. Studi itu langsung
distop, setelah rekondisi wanita malang itu akhirnya dikembalikan ke
kamar asalnya, beruntungya, dalam kondisi yang masih stabil.
Suvenir Sepanjang 13 Inch

Donald Church, 49 tahun, mempunyai tumor di perutnya saat ia tiba di
University of Washington Medical Center di Seattle pada bulan Juni 2000.
Setelah meninggalkan rumah sakit itu, tumornya hilang - tapi satu alat
operasi (retractor) malah menggantikan tempat tumornya. Ternyata dokter
yang menanganinya secara tidak sengaja meninggalkan retractor sepanjang
13 inch di perutnya. Hal ini bukan kejadian yang pertama terjadi di
klinik itu. Empat kasus yang sama pernah terjadi di klinik yang sama
antara tahun 1997 dan 2000. Masih untung, ahli bedah masih bisa
mengambil lagi retraktor yang ketinggalan itu segera setelah diketahui.
Akibat dari peristiwa ini, Church mengalami konsekuensi gangguan fungsi
perutnya. Klinik tersebut akhirnya setuju membayar Church sebesar US
$97.000 (1 miliar rupiah) sebagai kompensasinya.
Rumah Sakit Salah Posisi Operasi Otak...Untuk Ketiga Kalinya dalam Setahun

Untuk ketiga kalinya dalam tahun yang sama, dokter-dokter di Rhode
Island Hospital melakukan operasi pada sisi kepala yang salah pada
pasien-pasiennya. Yang terakhir terjadi pada tanggal 23 November 2007.
Seorang nenek berusia 82 tahun membutuhkan operasi untuk menghentikan
pendarahan di antara otaknya dan tengkorak kepalanya. Seorang ahli bedah
syaraf di rumah sakit itu mulai melakukan pembedahan dengan membuat
lubang pada bagian sisi kanan kepala pasien, meski sebenarnya hasil CT
scan memperlihatkan bahwa pendarahan terjadi pada bagian sisi kiri,
menurut laporan media lokal. Beruntung dokter bedah ini segera menyadari
kesalahannya dan segera menutup kembali lubang operasi yang salah dan
melakukannya kembali pada sisi kiri kepala pasien. Kondisi pasien
dilaporkan stabil pada hari Minggunya. Kasus yang sama disebut-sebut
juga terjadi pada bulan Februari, dimana seorang dokter yang lain juga
melakukan operasi pada sisi kepala yang salah. Dan pada Agustus,
lagi-lagi seorang kakek berusia 86 thaun menjadi korbannya, setelah
nyawanya tidak terselamatkan akibat operasi pada kepalanya, tapi pada
sisi yang salah dari kepalanya.
Dokter yang Mengamputasi Kaki yang Salah

Mungkin kasus yang satu ini adalah kasus malpraktik yang paling banyak
dipulikasikan. Seorang dokter di Tampa (Florida) melakukan kesalahan
dengan mengamputasi kaki yang salah terhadap pasiennya, Willie King (52
tahun), pada bulan Februari 1995. Pada akhirnya diketahui telah terjadi
rangkaian kesalahan sebelum proses amputasi pada kaki yang salah itu.
Saat tim operasi bedah menyadari kesalahan mereka semuanya sudah
terlambat, kaki yang seharusnya masih sehat terlanjur dipotong! Akibat
dari peristiwa ini ijin ahli bedah di rumah sakit itu di cabut untuk
waktu 6 bulan dan didenda sebesar US $10.000 dollar (100 juta lebih).
University Community Hospital, rumah sakit dimana operasi dilakukan
membayar US $900.000 dollar (hampir 1 milyar) pada King sebagai
kompensasi dan dokter-dokter yang terlibat di operasi itu turut
"menyumbang" US $250.000 (lebih dari 250 juta).
Ginjal Sehat yang Tidak Sengaja Dibuang

Di St. Louis Park, Minnesota, seorang pasien dirujuk ke Park Nicollet
Methodist Hospital untuk dibuang salah satu ginjalnya yang rusak akibat
tumor yang diduga merupakan sel-sel kanker. Tapi yang terjadi kemudian,
justru yang dibuang adalah ginjal yang sehat! "Hal ini baru disadari
keesokan harinya setelah operasi, saat patologis yang meneliti sampel
ginjal tersebut tidak menemukan kerusakan apapun padanya." ujar Samuel
Carlson, M.D. dan pejabat di Park Nicollet. Ginjal yang diduga potensial
diserang kanker justru masih tertinggal di tempatnya dan masih
berfungsi. Demi privasi dan permintaan keluarga, tidak ada detil laporan
mengenai pasien ini yang dipublikasikan.
Terbangun Saat Operasi Membuatnya Bunuh Diri

Keluarga dari seseorang di West Virginia mengklaim telah terjadi
pembiusan yang tidak cukup saat proses operasi dan mengakibatkan sang
pasien bisa merasakan setiap irisan dari pisau bedah dan menjadikannya
trauma berat. Trauma ini menurut keluarga itu membuat pasien itu
melakukan bunuh diri dua minggu kemudian. Sherman Sizemore dikirim ke
Raleigh General Hospital di Beckley, W.Va., pada tanggal 29 Januari 2006
untuk dilakukan tindakan operasi berkenaan dengan rasa sakit di
perutnya. Tapi, saat operasi dilakukan, pasien ini dilaporkan mengalami
fenomena dimana yang dkenal dengan nama
anesthetic awareness
atau kesadaran selama pembiusan, yang membuat pasien bisa merasakan
sakit atau ketidaknyamanan selama operasi berlangsung, sementara dia
sendiri tidak bisa bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya.
Menurut komplain yang diajukan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius
pada pasien tapi gagal membuat mati rasa pasien hingga 16 menit setelah
irisan pertama di perutnya. Anggota keluarga pasien tersebut mengatakan
hal itu membuat trauma berat karena sadar saat sedang dioperasi tapi
sama sekali tidak bisa bergerak atau mengkomunikasikannya dengan dokter
yang akhirnya mendorongnya melakukan bunuh diri.
Bypass Arteri yang Salah

Dua bulan setelah melakukan operasi
double bypass
jantung untuk menyelamatkan nyawanya, artis komedian Dana Carvey yang
mengasuh acara tv Saturday Night Live membuat pernyataan mengejutkan
dimana dokter bedah
cardiac yang
menanganinya telah melakukan bypass pada arteri jantung yang salah.
Akibatnya dibutuhkan operasi darurat untuk membuka kembali penyumbatan
yang bisa mengakibatkan dia terbunuh. Menanggapi tuntutan sebesar 7,5
juta dollar yang diajukan oleh Dana, dokter itu dengan jujur mengatakan
bahwa telah terjadi kesalahan yang diakibatkan karena arteri Dana
mempunyai situasi yang tidak biasa di jantungnya. Tapi Dana
menyangkalnya :"Ini seperti membuang ginjal yang salah itu. Ini suatu
kesalahn besar yang terjadi." ujar entertainer itu pada People Magazine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar